Senin, 24 November 2008

Komunitas tumbuh Bersama

KTB merupakan komunitas pertumbuhan di lingkungan GKJ Prambanan yang beranggotakan para pemuda-remaja GKJ Prambanan yang mempunyai kerinduan untuk dimuridkan.

Membangun visi-misi Kristus dalam kehidupan para pemuda-remaja sehingga mampu menerapkan prinsip-prinsip keKristenan dalam kehidupan masing-masing pribadi.

Mengenal ALLAH bagi tujuan-tujuanNya”

Latar Belakang adanya Kelompok Kecil/ Komunitas Tumbuh Bersama (KTB):

*) Doa dari beberapa orang yang merindukan adanya pembinaan pribadi-pribadi melalui kelompok kecil
*) Kerinduan untuk bertumbuh bersama sebagai seorang murid Kristus dalam pengenalan akan Tuhan
*) Merindukan setiap pemuda mempunyai orientasi hidup bagi tujuan-tujuan Allah
*) Mengadopsi pembinaan KAMBIUM dari GLORIA GRAHA

Apa itu KTB?

Suatu bentuk pembinaan rohani yang terdiri dari kelas besar dan kelas kecil dengan metode pengajaran. Sebuah small group (kelompok kecil) bisa didefinisikan sebagai kelompok dengan tiga sampai dua belas anggota yang bertemu secara teratur dengan komitmen untuk tujuan tertentu.

KTB sendiri merupakan sarana seseorang menjadi pelajar dan pengikut Kristus yang hidupnya mencerminkan pengajaran dan kehidupan Kristus yang secara aktif berusaha membangun karateristik tersebut pada orang lain dimana ia berada.

Persekutuan Yang Sejati

Oleh: Wiempy Wijaya

Di dlm kehidupan yg kita jalani ini, tdk dapat dipungkiri bahwa kita harus hidup bersama dgn org lain. Kita tdk bisa hanya mengandalkan diri sendiri dlm menjalani kehidupan ini, tapi kita tetap membutuhkan org lain untuk berbagi kebahagiaan, saling membantu jika terdapat kesulitan hidup, sharing ttg permasalahan hidup, dll. Alkitab menyebut pengalaman untuk berbagi dgn sesama sebagai persekutuan. Kebangkitan Yesus melahirkan suatu persekutuan yg di dalamnya Ia tetap hadir melalui Roh-Nya. Persekutuan tdk hanya berarti hadir dlm kebaktian di gereja saja. Persekutuan berarti kita semua sbg org Kristen bersama-sama mengambil inisiatif untuk hidup bersama. Di dlm persekutuan terdapat kasih yg tulus serta tdk mementingkan diri sendiri, sharing permasalahan hidup dgn jujur, saling menguatkan jika ada masalah hidup, bersedia mengorbankan waktu dan tenaga untuk menolong sesama.

Di dlm persekutuan, kita akan berusaha mengatakan hal yg jujur saja yg telah dialami dlm kehidupan yg kita jalani ini. Di dlm persekutuan yg sejati, sebisa mungkin kita bicara dari hati ke hati dgn teman persekutuan untuk mengeluarkan isi hati yg selama ini terpendam. Saling berbagi masalah yg telah kita alami, saling berdiskusi untuk mencari solusi yg terbaik bagi masalah tsb, dan akhirnya kita mendapatkan berbagai macam solusi yg mungkin bisa membantu kita dlm memecahkan masalah yg kita hadapi. Karena di dlm persekutuan kita merasa nyaman dan tentram dlm berbagi permasalahan hidup, membuat diri kita dpt mengeluarkan isi hati ttg permasalahan hidup. Kita merasa yakin di dlm persekutuan dgn teman seiman, dlm kondisi saling mendoakan dan saling menguatkan teman seiman yg mempunyai masalah, permasalahan hidup yg kita hadapi dapat dicarikan solusinya dgn sharing permasalahan yg kita hadapi dgn teman seiman. Dibutuhkan kejujuran dan integritas yg tinggi dlm persekutuan yg sejati. Kita harus melepas rasa takut untuk mengungkapkan permasalahan yg menimpa hidup kita, saling percaya terhadap teman seiman.

Dlm persekutuan yg sejati ada saatnya kita memberi solusi bagi teman seiman yg sedang mengalami permasalahan, ada saatnya juga kita menerima solusi atas permasalahan yg sedang kita hadapi. Persekutuan yg sejati membutuhkan komitmen yg luar biasa dari para anggotanya. Kita semua harus mau komitmen dgn apa yg telah dilakukan selama ini. Juga diperlukan rasa tanggung jawab yg tinggi dari para anggota persekutuan untuk saling berbagi dlm suka dan duka dlm menghadapi permasalahan yg ada. Kita semua harus konsisten dlm iman, ketika kita menghadapi masalah dan ketika kita berusaha menguatkan rekan seiman yg sedang menghadapi masalah.

Dan juga ingatlah, Alkitab dlm Kolose 3:15 (CEF) berkata demikian: "Kamu masing-masing adalah bagian dari tubuh Kristus, dan kamu dipilih untuk hidup bersama di dlm damai sejahtera"

Hal ini dipertegas dlm Mazmur 133 ayat 1 yg berbunyi: "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara2 diam bersama dgn rukun!"

Di dlm persekutuan sejati, kita semua akan merasakan sedih atas penderitaan teman seiman kita, kita semua akan merasakan gembira atas keberhasilan teman seiman kita dlm karier. Kita dapat merasakan bagaimana rasanya mengalami penderitaan yg dialami teman seiman. Semua itu akan membuka mata hati, bahwa sangat wajar setiap manusia pasti mempunyai masalahnya tersendiri. Kita dpt mengerti dan memahami mengapa Tuhan memberi percobaan dan masalah dlm hidup kita ini. Semua hal itu tdk terlepas dari mempelajari dan mengambil hikmah dari permasalahan2 yg sudah di-sharing dan dicarikan solusinya dlm persekutuan.

Di dlm persekutuan yg sejati, dibutuhkan rasa kebersamaan dan kekompakan dlm memecahkan dan mencari solusi permasalahan yg ada. Kita harus mau mendengar secara sungguh2 permasalahan hidup yg menimpa teman seiman kita. Kalau bisa kita ikut serta memberikan solusi atas permasalahan tsb. Ingatlah apa yg dikatakan oleh Paulus dlm 1 Korintus 15:58 yg berbunyi demikian: "Karena itu, saudara-saudaraku yg kekasih, berdirilah teguh, jgn goyah, dan giatlah selalu dlm pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dlm persekutuan dgn Tuhan jerih payahmu tdk sia-sia"

Akhir kata, persekutuan yg sejati mendasarkan segala sesuatu di dalamnya dgn kasih karunia, dimana kita semua mau menolong teman seiman tanpa mengungkit-ungkit kejelekan sifat dan perbuatan yg dilakukan oleh teman seiman, sehingga muncul permasalahan yg mendera teman seiman tsb.
http://artikel.sabda.org/pelayanan_gereja

Pendeta Borju dan Pendeta Burjo

Penulis : Xavier Quentin Pranata/Purnawan Kristanto

'Jangan menikah dengan pendeta,' ujar seorang ayah kepada anak gadisnya, 'masa depanmu akan suram.' Ucapan yang dulu catat: dulu sering kita dengar, belakangan ini makin jarang kita dengar. Mengapa? Menjadi seorang pendeta pada zaman dulu memang serba susah, apalagi kalau sedang perintisan. Mereka sering berpuasa, bukan karena sengaja, tetapi terpaksa. Uang kolekte yang tidak sampai sepuluh ribu rupiah setiap kali kebaktian BAHANA pernah melayani di sebuah gereja di pegunungan yang kolektenya Rp 6.500,- setiap kali kebaktian dan persembahan bulanan yang tidak selalu berupa uang, membuat pendeta harus super irit. Seorang pendeta yang hendak naik mimbar seringkali tidak sempat sarapan, bukan karena tidak ada waktu, tetapi tidak ada makanan. Ada juga yang memakai strategi makan dua kali sehari. Agar siangnya tidak lapar, dia baru makan sekitar jam 11 siang. Itu pun hanya burjo alias bubur kacang ijo yang harganya paling murah di warung mi instan. Sebaliknya, dewasa ini, semakin banyak saja pendeta yang hidupnya makmur, sehingga tidak lagi makan burjo, tetapi malah bergaya borju (bourgeois, Perancis). Sebenarnya, manusia memang memiliki kecenderungan seperti itu. Abraham Maslow sejak lama mengatakan bahwa semakin tinggi penghasilan seseorang, semakin tinggi juga jenjang kebutuhannya. Jika kita baru pada taraf cari makan, maka untuk sampai ke kebutuhan aktualisasi diri masih jauh di awan-awan.

Karena BAHANA bergaul dengan hamba Tuhan dari kalangan mana pun, maka bertaburanlah contoh-contoh dari kedua jenis pendeta di atas. Kita mulai saja dari yang dianggap borju.

Yang Dianggap Borju

Suatu siang di resto steak ternama di Jakarta. BAHANA ditraktir makan siang oleh seorang penginjil yang sudah malang melintang di dunia pelayanan. Meskipun tidak ada yang nambah, karena steak yang kami pesan daging impor, maka bill yang harus dibayar penginjil itu mencapai ratusan ribu rupiah. Saat mengobrol, BAHANA tahu bahwa kebiasaan mentraktir sesama rekan pelayanan itu sudah menjadi hal yang biasa baginya. 'Berkat yang aku terima dari Tuhan harus aku bagikan kepada orang lain,' ujarnya.

Hal senada diucapkan juga oleh Pdm. Hanny Layantara, MA. Suami Ev. Agnes Maria ini mempunyai kebiasaan yang baik. 'Kami menganggarkan sampai 30% untuk memberkati sesama hamba Tuhan,' ujarnya tanpa nada sombong.

BAHANA yang mengenal dekat pasangan ini menyaksikan secara langsung bagaimana cara mereka mengatur keuangan. Meskipun tidak bermaksud mengintip tabungan mereka, BAHANA tahu mereka sangat care terhadap sesama tubuh Kristus. Beberapa hamba Tuhan yang BAHANA kenal, mengatakan mereka memperoleh berkat dari pasangan yang harmonis dan serasi ini. 'Studiku di STII juga disponsori oleh mereka,' ujar seorang pendeta kepada BAHANA.

Lalu, bagaimana dengan gaya hidup mereka? Orang luar memang menyaksikan pendeta terkenal identik dengan pola hidup mewah. Setiap kali mereka diundang pelayanan, mereka naik pesawat (bahkan ada yang executive/first class), menginap (baca: diinapkan) di hotel berbintang, dan makan (baca: diajak makan) di restoran kelas atas atau di hotel-hotel berbintang. Pakaian mereka pun mulai hem, dasi, jas dan sepatu selalu yang branded atau jahitan boutique dan taylor papan atas.

Bagaimana kalau di kotanya sendiri? Sama saja. Sebagai wartawan dan rohaniwan, BAHANA sering diundang untuk peliputan atau pelayanan Firman mulai dari kota metropolitan Jakarta sampai pelosok tanah air. Hamba Tuhan kelas atas senantiasa necis dalam penampilan. Rumah mereka pun di atas rata-rata rumah kebanyakan. Mobilnya juga relatif muda. Namun, jangan langsung mencap mereka glamour. Mereka hanya menyesuaikan diri dengan jemaat yang mereka layani. Contohnya: pendeta yang melayani di seputar segi tiga emas di Jakarta tentu berpenampilan necis karena jemaat yang mereka layani pun rata-rata berpenampilan demikian. Sebaliknya hamba Tuhan yang melayani di pedesaan akan tampak mencolok kalau mereka mengenakan jas mahal dan sepatu mengkilap.

Meskipun demikian, tidaklah bijak menilai orang hanya dari penampilannya saja. Dari pengamatan BAHANA di lapangan banyak di antara mereka yang sangat care dan peduli terhadap jemaat maupun sesama hamba Tuhan. Keluarga Hanny Layantara, misalnya. Bersama Agnes mereka menyisihkan sebagian berkat yang mereka terima untuk menolong hamba Tuhan lain. Gembala GBI Happy Family Center ini tidak saja berbagi materi, tetapi juga hati. 'Kami senang sekali mengajak hamba Tuhan yang ke Surabaya untuk makan bersama,' ujarnya, 'dengan demikian kami bisa saling belajar.'

Hanny dan Agnes banyak membantu keluarga-keluarga Kristen untuk memaksimalkan potensi mereka dan terutama keharmonisan mereka. Itulah sebabnya gereja mereka memiliki motto: 'Changing the World through Family.' Semuanya itu tertuang dalam visi gerejanya, 'Gereja yang sangat berpengaruh bagi masyarakat dalam pengajaran, penyembahan, dan misi.'

Pdt. Ir. Timotius Arifin adalah contoh lainnya. Gembala GBI Lembah Pujian, Denpasar, ini malah membatasi dirinya sendiri untuk memakai berkat yang Tuhan berikan. Bukan membatasi berkat Tuhan, tetapi membatasi haknya dalam memakainya. 'Saya digaji kok,' ujarnya. Saat membangun gerejanya yang bisa menampung ribuan orang sekaligus, dia menyisihkan 10% dana pembangunan untuk membangun gereja lain di luar denominasinya. 'Kalau saya memakai semua hak saya, saya bisa plempeken (Jawa: kelebihan),' ujarnya kepada BAHANA.

Meskipun memiliki jas-jas buatan luar negeri yang mahal, di dalam kesehariannya, dia tampak bersahaja. Sikap, ucapan dan perilakunya pun tidak sombong dan menyombongkan diri. 'Aku ingin satu hal dalam hidupku,' ujar suami Pdm. Fifi Sarah Yasaputra ini, 'yaitu Christ likeness (seperti Kristus, red.).'

Yang Burjo

Taraf dan gaya hidup yang berbeda dialami dan dijalani oleh Pdt. Danny Susanto. Ketika pertama kali memasuki Gunungkidul, tahun 1964, wilayah itu masih sangat gersang dan terkenal dengan wabah penyakit busung lapar. Penduduknya masih makan thiwul (makanan dari tepung ketela pohon) karena begitu miskinnya. Selain itu, pada musim kemarau juga pasti mengalami kekurangan air bersih secara serius. Keadaan ini tidak menyurutkan tekad Danny muda untuk melaksanakan misi dari Majelis Pusat Dewan Pantekosta Indonesia, yaitu merintis jemaat Pantekosta di Gunungkidul.

Benih yang ditanamnya mulai bertumbuh dan menghasilkan buah. Ada banyak jiwa baru di Wonosari ibukota Gunungkidul yang dimenangkan. Anak-anak kecil juga mengikuti acara Sekolah Minggu dengan bergairah. Namun karena suatu sebab, jemaat itu pecah menjadi tiga. Masing-masing digembalakan oleh Pdt. Danny, Pdt. Yamto dan Pdt. Barsilla. Jemaat yang di bawah pimpinan Pdt. Barsila berkembang dengan pesat dan sudah punya gedung gereja yang megah. Sementara itu, Pdt. Danny hanya 'kebagian' 20 jemaat.

Ketika Purnawan dari BAHANA berkunjung ke rumahnya, kami duduk di kursi sofa yang sudah tua. Di samping kiri, ada meja besar dengan pesawat TV 14 inchi yang warnanya sudah pudar di atasnya. Di bagian belakang terdapat dua lemari besar dengan kaca yang besar. Dindingnya terbuat dari tripleks dengan hiasan kalender yang memajang foto Yacob Nahuway. Di sepanjang dinding terlihat tempelan gambar-gambar bunga dan buah-buahan dari kalender bekas. Selain sebagai hiasan, gambar ini sekaligus berfungsi menutupi bagian tripleks yang mulai terkelupas. Lantainya berupa tegel dari batu kapur yang mulai pecah. Di bagian tengah terlihat tiang rumah dari kayu kasar, karena tidak diserut dengan halus. Dari ruang tamu itu, BAHANA bisa melihat atap dari genting yang disangga bambu.

Danny lalu bercerita bahwa ketika muda, dia mendapat bantuan untuk bersekolah Alkitab di Beji, Malang. Di sekolah itu, Danny muda mendapat tugas praktik kerja di luar Jawa. Setelah lulus, dia lalu melayani di Jakarta. Di bawah pimpinan A.H. Mandey, Danny mendapat tanggung jawab untuk mengajar Sekolah Minggu di Jakarta. Kemudian mendapat tugas untuk merintis jemaat di Gunungkidul.

Selama bincang-bincang itu, BAHANA harus bicara dengan suara keras karena fungsi pendengaran pria dari Salatiga ini sudah menurun. Untunglah, kami banyak mendapat bantuan dari Rut, anak bungsu Danny, yang mendampinginya selama wawancara. Gangguan kesehatan itu mendera Danny, semenjak dia mengalami kecelakaan lalu lintas beberapa tahun lalu. Waktu itu, dia memboncengkan temannya dalam rangka ikut seminar di kota Jogja. Dari Wonosari, jaraknya sekitar 40 km dan harus melewati jalan yang berkelok-kelok.

Sepeda motor yang dikendarai Danny berserempetan dengan sebuah mobil. Keduanya terjatuh dan Danny langsung tidak sadarkan diri. Dalam kecelakaan itu, suami Eka Susanto ini (meninggal tahun 1991) harus mengalami pembedahan otak. Setelah operasi itu, Danny mengalami penurunan fungsi kerja otak. Dia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Meski begitu, pria 64 tahun ini masih bersemangat melayani Tuhan. Dia masih mampu memimpin kebaktian dan berkhotbah.

Soal pemenuhan kebutuhan hidupnya, ayah dari empat anak ini mengaku hanya mengandalkan Tuhan. Bagaimana tidak, secara logika jumlah persembahan dari 20 atau 451 jemaat di desa jelas jauh dari kata cukup. Karena itulah, Danny bersyukur karena Tuhan menggerakkan dua Yayasan yang masing-masing memberi bantuan sebesar Rp. 200 ribu. Sekali waktu, Danny juga mendapat kiriman uang dari bekas-bekas murid Sekolah Minggu di Jakarta. Selain itu, juga menerima perpuluhan dari salah satu pemilik toko di kota Wonosari. Dengan kondisi, itu dia bisa hidup sederhana dan menyekolahkan anak-anaknya.

Keseimbangan

Jika kita melihat kehidupan hamba Tuhan kota dan desa, kita melihat betapa besar kesenjangannya dalam taraf hidup maupun gaya hidup mereka. Namun, jika kita melihat isi hati mereka yang paling dalam, mereka memiliki kesamaan paling tidak dalam dua hal. Pertama, mereka ingin melayani Tuhan di ladang pelayanan mereka masing-masing. Kedua, mereka memiliki kerinduan yang dalam untuk memiliki karakter Kristus. Yang utama dan terutama adalah keseimbangan. 'Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan' (II Korintus 8:13-14).

Bagi jemaat, kita tidak perlu memperuncing kesenjangan itu dengan menganggap pelayanan yang satu lebih utama dari pelayanan yang lain. Yang justru perlu kita lakukan adalah memberkati mereka dengan apa pun yang bisa kita lakukan. Doa. Dana. Dorongan.
http://artikel.sabda.org/pendeta_borju_dan_pendeta_burjo

Pelayanan Berbasis Jemaat

Penulis : Gurgur Manurung

Ada isu yang mengatakan bahwa ada pendeta yang takut ke pedesaan. Ada isu yang mengatakan bahwa pendeta berebutan lahan basah. Ada isu bahwa masyarakat Batak itu sekitar 1 juta orang, jadi kalau menyumbang sekitar Rp 2.000.000 saja/orang/tahun itu berarti terkumpul triliunan rupiah. Uang triliunan rupiah kita gunakan membuat pabrik yang menyerap tenaga kerja yang banyak. Dengan demikian pengagguran teratasi.

Dapatkah anda bayangkan jikalau daerah Tapanuli menjadi daerah pabrik pulp, sepatu, karet?. Beberapa tahun yang lalu, saya diusir seorang pejabat Tobasa dari kantornya dengan alasan yang tidak jelas. Dia mengatakan bahwa dimana ada daerah makmur tanpa industri?. Menurut sang pejabat itu bahwa industri itu adalah pabrik seperti PT.TPL. Tentu saya agak geleng-geleng kepala mendengar "kebodohan" sang pejabat. Bos, film juga industri, pariwisata juga industri, perikanan juga bisa industri, mengelola gadong (ubi) juga bisa industri, jawabku setengah mengejek. Maklum, saya sudah sangat kesal dengan emosinya yang main usir saja.

Wajar saja dia marah-,marah padaku, karena saya bertanya perihal kesiapan instansinya untuk mengontrol PT.Toba Pulp Lestari. Saya katakan bahwa kesiapan pemerintah Tobasa sama sekali tidak kapabel untuk mengontrol pabrik yang dibenci masyarakat Porsea itu. Dia mengatakan bahwa Kepala Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) telah memiliki sertifikat AMDAL C. Tentu saya makin tertawa mendengarnya. Saya katakan bahwa sertifikat AMDAL C itu ibarat kurikulum anak SD dan pekerjaan PT.TPL adalah karya para sarjana. Mungkinkah sarjana disidik anak SD?. Pusinglah dia tujuh keliling. Sejak dia pusing, tak pernah lagi saya diusir. Maklum, sebelumnya saya dianggap sebagai sopir angkot yang belajar menjadi wartawan dan ingin cari uang alias nanduk.

Saya tidak mau larut dengan persoalan diatas. Hanya, saya mau katakan mari kita jernih melihat persoalan. Pertanyaanya adalah tepatkah daerah Tapanuli menjadi tempat pabrik?. Pertanyaan berikutnya adalah bagimana cara meningkatkan ekonomi masyarakat yang miskin itu?.

Sebenarnya, potensi masyarakat Tapanuli tidaklah miskin. Hanya, mereka diperbudak sistem ekonomi yang tidak jelas. Coba bayangkan seandainya harga dasar gabah ditetapkan pemerintah, harga tanaman jahe, sayur-sayuran, jagung dan lain sebagainya. Penetapan harga dasar produk petani akan memacu mereka bekerja keras untuk meningkatkan produksi.

Apa hubungannya dengan pendeta?. entahlah, saya bermimipi bahwa pendeta adalah pusat gerakan pembaruan moral, ekonomi, politik, sosial, budaya. Pendek kata, pendeta harus mampu menggerakkan Jemaat secara terintegrasi (holistik). Dengan demikian, sistem berjalan dengan baik.

Aneh, pendeta sibuk protes sistem penggajian, pendeta sibuk membicarakan hubungan sesama pendeta, pendeta sibuk membicarakan temanya pendeta yang kena sanksi. Padahal topik semacam itu sudah usang. Idealnya, ketika pendeta A mensharingkan pergumulannya ke pendeta B maka dengan sendirinya mereka akrab dan ditutup dengan Doa.

Dua bulan lalu, seorang pendeta Gereja Kristen Jawa yang baru menikah meminta saya mempromosikan hasil industri rumah tangga Jemaatnya di Bogor, saya sungguh terharu. Hampir tiga jam beliau menceritakan pergumulanya dengan peningkatan ekonomi Jemaatnya. Tentunya, kami membicarakan secara holistik. Saya setuju dengannya, bahwa pendeta harus ikut memikirkan ekonomi Jemaatnya. Hari makin larut, dari awal hingga akhir kami tidak membicarakan kebutuhan kami. Hanya, si mas nanya " mengapa belum menikah bang Gurgur"?. Saya hanya senyum dan melanjutkan diskusi mulai dari PGI, politik, korupsi, budaya hingga bercanda.

Saya mengira, hal itu terjadi karena saya melihat si Mas itu begitu rindu akan pelayanan. Bisakah anda bayanagkan apa yang kami bicarakan seandainya tidak memiliki kerinduan yang sama?. Apalagi kepentingan yang berbeda?.

Jadi, jikalau banyak pendeta seperti si Mas itu, maka ekonomi berbasis jemaat akan tercapai. Jikalau kita jujur, berepa banyak jemaat kita yang menjadi rentenir?.Adakah kasih antar sesama bagi rentenir?. Tentu hal ini menjadi debat yang manis dan perlu kita bukakan. Bukankah banyak rentenir diberkati Tuhan juga?. Nah, hal ini janganlah kita buat menjadi yang sensitif. Tapi, mari kita akui secara jujur bahwa sungguh banyak permasalahan yang kita hadapi. Tentu yang ideal adalah saling membantu antara satu jemaat dengan jemaat lain sehingga benarlah kita satu Tubuh di dalam Kristus.

Jika kita satu tubuh dalam Kristus maka jemaat memikirkan kebutuhan pendeta, pendeta memikirkan jemaat dan jemaat saling memperhatikan. Dengan demikian suasana Gereja kita bersuka cita. Tidak akan ada perebutan jabatan ini dan itu. Kalau saya sebagai jemaat mengangkat kursi atau meja atau menyapu Gereja maulah aku, karena fisikku kuat. Kalau saya dipilih jadi Ketua pembanugunan Gereja, saya bersedia juga. Pastinya, semua akan transparan.
http://artikel.sabda.org/pelayanan_berbasis_jemaat

Pandangan yang Salah Terhadap Gereja

Ketika Yesus hidup di dunia, Ia melayani dengan tubuh fisiknya. Kemana pun Ia pergi, Ia menyembuhkan, menasehati, menunjukkan belas kasihan, mengajar, dan menjalani kehidupan yang menjadi teladan untuk diteladani orang lain. Ketika Yesus kembali ke surga setelah kebangkitan-Nya, tubuh fisik-Nya lenyap dari dunia, tetapi Ia meninggalkan tubuh lain untuk meneruskan pelayanan-Nya. Tubuh baru Kristus yang masih ada hingga hari ini adalah gereja.

Pandangan yang Salah Terhadap Gereja

Para pria dan wanita modern telah membangun sebuah pandangan yang salah terhadap gereja. Banyak orang yang memandang gereja sebagai organisasi yang tidak berhubungan dengan kesalehan atau hanyalah sekumpulan orang-orang munafik yang percaya pada Tuhan tetapi hanya mengutamakan penambahan jumlah anggota, mengembangkan program- program, berpolitisi dalam masyarakat, membangun gedung-gedung gereja yang besar dimana selama hampir satu minggu penuh dibiarkan kosong tanpa kegiatan apapun. Uraian ini mungkin berlebihan, tetapi sungguh itu mewakili gambaran gereja yang ada hari ini bahkan mungkin masih menjadi pandangan dari beberapa pengunjung gereja yang paling setia sekalipun.

Pandangan Alkitabiah Tentang Gereja

Sudah jelas pandangan di atas jauh dari model gereja yang digambarkan dalam Alkitab. Gereja seharusnya merupakan tubuh dari orang-orang percaya yang telah 8menyerahkan hidup mereka pada Yesus Kristus dan telah diperlengkapi dengan karunia rohani yang mereka sadari dan mereka kembangkan (Efesus 4; 1Petrus 4:10). Karunia- karunia ini, yang diuraikan dalam Roma 12, 1Korintus 12, dan Efesus 4, termasuk juga hal-hal seperti bernubuat, mengajar, menginjili, menolong, menasehati (seperti yang kita tahu, karunia- karunia yang digambarkan ini sangat mirip dengan konseling), bahasa lidah, menyembuhkan, iman, hikmat, pengetahuan, ketajaman pikiran, menunjukkan belas kasihan, melaksanakan dan memberi. Semua karunia ini berasal dari Roh Kudus, yang diberikan sesuai dengan kehendak- Nya (1Korintus 12:11).

Berdasarkan Efesus 4:12,13 pemberian karunia-karunia Roh memiliki dua tujuan. Pertama, mempersiapkan orang-orang percaya secara individu untuk melayani sebagai bagian dari Tubuh Kristus. Yesus datang untuk menyampaikan Kabar Baik, untuk menerangi, membebaskan mereka yang dalam perbudakan, dan memproklamirkan kebenaran (Lukas 4:18). Tubuh Kristus yang modern juga memiliki fungsi yang sama, dan sama seperti Roh Kudus memberi kuasa pada Yesus (Lukas 4:18), demikian juga Ia akan memberi kuasa pada kita dan karunia yang memampukan kita untuk melayani satu sama lain.

Kedua, tujuan dari pemberian karunia Roh adalah untuk membangun Tubuh Kristus supaya kita bisa dipersatukan, berpengetahuan, dan menjadi pria dan wanita yang dewasa. Orang-orang seperti itu tidak terombang-ambingkan oleh gaya atau filsafat hidu8p yang baru. Mereka tumbuh menjadi pribadi yang stabil, penuh kasih, dan hidupnya berpusatkan pada Kristus (Efesus 4:12-16).

Tubuh Kristus hadir untuk berbagai tujuan, masing-masing anggotanya bisa memiliki pengaruh yang besar terhadap setiap orang. Ketika Tubuh berfungsi secara maksimal, maka akan menghasilkan:

[[Cat.Red.: Keempat poin berikut ini diambil dari buku Dr. Gary Collins, "How To Be A People Helper", namun penjelasan untuk masing-masing poin tidak kami sertakan. Kami hanya mengutip ayat- ayat referensinya saja.]]

* Persekutuan
1Yohanes 1:3,4,7
"Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna." ... "Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."

1Korintus 1:29
"Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia."
* Pelayanan
Matius 20:26
"Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu."

Galatia 6:2
"Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu."

Roma 12:15
"Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!"

Yakobus 5:16
"Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."
3. Kasih
Yohanes 13:35
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid- murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Matius 22:39
"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Roma 5:8 "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."
4. Pertumbuhan
Efesus 4:13-16
"Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap- tiap anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih."

Pikirkanlah apa yang dapat dilakukan oleh komunitas Tubuh Kristus bagi orang-orang yang membutuhkan pelayanannya. Komunitas ini dapat: memberikan perasaan dimiliki/memiliki atau persekutuan. menunjukkan kepedulian dan perhatian yang tulus bagi orang yang dilayani, orang yang melayani, dan persahabatan antara orang- orang tersebut. memberikan bantuan praktis dan nyata untuk mereka yang membutuhkan. menyediakan kesempatan bagi orang-orang yang butuh bantuan agar mereka juga dapat menolong orang lain (ini adalah terapi yang baik). menyatakan kasih yang alkitabiah kepada orang-orang yang merasa dirinya tidak dikasihi, namun butuh dikasihi. memberikan filsafat hidup yang berarti. mendukung dan membimbing setiap individu dan keluarga saat mereka menghadapi masa-masa krisis. mendorong mereka untuk melakukan pengakuan dosa dan menyatakan kepercayaannya kepada Kristus yang Mahakuasa. memberi nasehat dan dukungan kepada konselor ketika dia berada dalam situasi konseling yang menyulitkan. membimbing setiap individu menuju ke arah kedewasaan dalam menjalin persahabatan dengan Kristus yang Mahatinggi. memberi dukungan bagi orang yang dilayani saat ia sedang bertumbuh dalam sikap hidup yang benar. menunjukkan berbagai model kedewasaan dan kestabilan psikologi- rohani. menerima orang-orang yang mengalami penderitaan, termasuk bekas pecandu alkohol, narapidana, pasien sakit jiwa, dan mereka yang merasa tidak diterima di dalam komunitas sebagai seorang pribadi yang utuh.

Yesus Kristus adalah Allah

Penulis : Josh McDowell & Bart Larson

JIKA kita bertanya kepada suatu panel yang terdiri atas pakar-pakar dari berbagai agama, seperti apakah Allah dan bagaimana Allah telah menyatakan diri-NYA, kita akan mendengar banyak pendapat yang berbeda-beda sebanyak jumlah anggota panel. Jawaban dari beberapa di antara mereka akan bertentangan dengan jawaban yang lain-lainnya. Jika kita berpendapat bahwa apa yang disebut kebenaran tidaklah bersifat relatif, maka tidak mungkin jawaban mereka semua benar. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa Allah itu suatu Pribadi dan yang lain mengatakan bahwa Allah bukan suatu Pribadi, maka pastilah seorang dari mereka salah. Siapakah yang dapat mengatakan dengan pasti, seperti apakah Allah? Satu-satunya yang dapat mengatakan dengan pasti adalah Allah sendiri.

Bagaimana kalau seorang anggota panel tiba-tiba berdiri dan berkata, "Untuk menjernihkan segala kebingungan tentang Allah, saya berkata kepada Anda bahwa SAYA ADALAH ALLAH! SAYA ADALAH JALAN, KEBENARAN, dan HIDUP!"?

Pengakuan seperti itu harus dibuktikan kebenarannya. Orang itu mungkin menderita penyakit jiwa, suka berkhayal tentang kebesaran, seorang penipu ulung, atau ia benar-benar Allah.

Justru pengakuan seperti itulah yang dicetuskan oleh Yesus Kristus tentang diri-NYA. Jadi, mengatakan bahwa Yesus Kristus sekedar orang yang bermoral tinggi atau guru yang baik, sama sekali tidak tepat. Bukankah orang yang bermoral tinggi tidak berbohong, sengaja ataupun tidak, apalagi mengenai hal mengaku sebagai Allah Yang Mahakuasa? Orang yang bermoral tinggi tidak akan mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka patut beriman kepadanya atau patut beribadah kepadanya. Ia juga tidak akan menyebabkan banyak orang mati karena beriman kepada namanya. Mengingat semuanya itu, marilah kita menjajaki yang berikut ini untuk mengenal kebenaran tentang Allah.

ALLAH MENYATAKAN DIRI

Para penulis masa kini percaya bahwa Allah telah menyatakan diri-NYA dengan berbagai cara. Namun cara itu masing-masing perlu diuji secara obyektif dengan berpatokan pada Alkitab dan pribadi Yesus Kristus.

Pertama-tama, kita akan menyoroti Alkitab. Berbeda dengan banyak tulisan lainnya, Alkitab secara mutlak menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalamnya adalah firman Allah. Kebanyakan orang yang menaruh perhatian yang besar tentang keilahian Kristus menerima Alkitab sebagai wahyu dari Allah. Jadi untuk tujuan ini, kita akan memandang Alkitab dapat diandalkan kebenarannya, baik secara historis maupun sebagai firman Allah kepada kita -- satu-satunya tolok ukur yang benar untuk menetapkan apakah Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, atau bukan.

Ada yang mengatakan bahwa dari abad ke abad Alkitab telah menjadi semakin tidak meyakinkan keasliannya. Jadi perlu adanya wahyu-wahyu baru. Pendapat tersebut tidak dapat dibenarnya. Ada lebih dari 24.600 naskah Perjanjian Baru yang lengkap atau sebagian-sebagian. Andaikata semua naskah Perjanjian Baru lenyap pun kita masih dapat menghimpun semua tulisan Perjanjian Baru, kecuali kira-kira sebelas ayat, dari tulisan bapa-bapa gereja yang mula-mula, yang semuanya ditulis sebelum tahun 325 Masehi. Para pakar sejarah yang bukan Kristen pun harus mengakui bahwa dengan segala patokan ilmiah dan sejarah yang dipakai untuk memeriksa kebenaran dokumen kuno mana pun. Perjanjian Baru terbukti lebih dari sembilan puluh sembilan persen akurat. Orang dapat saja memperdebatkan isinya, tetapi tidak dapat memperdebatkan keabsahan sejarahnya.

Alkitab menyatakan bahwa apa yang tertulis di dalamnya merupakan patokan mutlak untuk menetapkan hal-hal doktrin.

2 Timotius 3:16-17, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

Bagi orang-orang Kristen, setiap buku, tulisan, atau pengajaran yang bertentangan dengan isi Alkitab haruslah ditolak. Alkitab sangat menekankan hal ini.

Yudas 3, "Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus."

Alkitab tidak menerima ajaran-ajaran lain yang akan mengubah atau menambah isi Alkitab.

Galatia 1:8, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia."

Jika ada sumber-sumber lain yang mengaku sebagai wahyu ilahi, sebagaimana halnya Alkitab, maka sumber-sumber itu harus diuji kebenarannya berdasarkan Alkitab. Allah tidak dapat bertentangan dengan diri-NYA sendiri. Oleh karena itu, apapun yang dinyatakan oleh seorang pembicara atau penulis yang mengaku mendapat wahyu ilahi, tidak dapat bertentangan dengan Alkitab yang kita tahu benar adanya. Jika pernyataan mereka bertentangan dengan Alkitab, maka jelaslah bahwa mereka tidak berbicara atas ilham dari Allah, baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam mempertimbangkan keilahian Kristus, pokok persoalannya bukanlah apakah keilahian Kristus mudah dipercaya atau dimengerti, melainkan apakah keilahian Kristus dinyatakan di dalam firman Allah. Apabila pada mulanya gagasan tentang keilahian Kristus tampaknya tidak masuk akal atau tidak dapat dimengerti, hal itu tidak dengan sendirinya meniadakan kemungkinan bahwa keilahian Kristus itu benar adanya. Alam semesta ini penuh dengan berbagai perkara -- seperti gravitasi, sifat cahaya, gelombang cahaya -- yang berada di luar jangkauan akal manusia pada saat ini, tetapi sekalipun demikian, benar adanya. Alkitab mengajarkan bahwa Allah tidak dapat dimengerti oleh akal manusia.

Ayub 11:7, "Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?"

Ayub 42:2-6, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui. Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Mazmur 145:3, "Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga."

Yesaya 40:13, "Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?"

Yesaya 55:8-9, "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."

Roma 11:33, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!"

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita percaya tentang apa yang dikatakan Allah mengenai diri-NYA sendiri, tidak menjadi persoalan, apakah kita dapat sepenuhnya memahaminya atau tidak.

Mengenai penyataan diri Allah di dalam Pribadi Yesus Kristus, Alkitab berkata:

Ibrani 1:1-3, "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,"

Yesus Kristus adalah Firman Allah yang Hidup. Ia menyatakan Allah. Ketika seorang pengikutnya berkata, "Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami", Yesus menjawab, "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa." Rasul Paulus menyebut Yesus Kristus sebagai "gambar Allah yang tidak kelihatan". Dengan demikian, sebagaimana akan dibahas di dalam tulisan ini, memandang Yesus Kristus dan mendengarkan Dia sama saja dengan memandang dan mendengarkan Allah.

APA YANG DIPERSOALKAN?

Apabila Yesus Kristus adalah Allah dalam wujud manusia, maka Ia adalah satu-satunya yang patut didengarkan, dihormati, dan bahkan disembah. Ini berarti bahwa Allah yang menciptakan bulan dan bintang, yang menempatkan milyaran planet di angkasa, Allah itu jugalah yang menjelma menjadi manusia, yang hidup dan melangkahkan kaki-Nya di atas muka bumi ini, dan merelakan diri-NYA mati di tangan ciptaan-NYA sendiri. Kematian-NYA mempunyai arti yang jauh lebih besar daripada kematian seorang yang baik. Dari segala masa, kematian-NYA merupakan pengorbanan terbesar, suatu penyataan kasih yang tidak terukur dalamnya. Oleh karena itu, memperlakukan Yesus sekedar sebagai manusia dalam arti makhluk ciptaan merupakan suatu penghujatan. Gagal dalam menyelaraskan kehidupan kita dengan ajaran-ajaran-NYA akan berarti kehilangan kehidupan itu sendiri.

Sebaliknya, apabila Yesus Kristus bukan Allah, melainkan makhluk ciptaan yang lebih rendah derajatnya, kita hanya akan merasa berterima kasih atas kehidupan, kematian, dan pengajaran-NYA, tetapi kita tidak akan menyembah Dia sebagai Allah. Bila kita menganggap Dia makhluk ciptaan Allah, lalu kita menyembah Dia sebagai Allah, itu merupakan suatu kesalahan yang sangat besar. Mengapa? Karena dengan demikian kita menjadikan Dia berhala yang menempati kedudukan Allah. Alkitab dengan tegas menentang penyembahan berhala. Allah mengatakan bahwa Ia tidak akan memberikan kemuliaan-NYA kepada yang lain, dan bahwa tidak ada Allah lain selain Dia, dan bahwa kita harus menyembah Dia saja. Jadi persoalannya, Yesus betul-betul Allah atau Ia bukan Allah. Percaya kepada Dia sebagai yang lain-lainnya merupakan suatu bentuk penghujatan, suatu penyembahan berhala.

Pembahasan seperti ini dapat menjadi sangat rumit, bergantung pada ajaran apa yang telah diterima seseorang. Berbagai argumentasi dapat dikemukakan untuk mendukung ataupun menentang keilahian Kristus. Misalnya, jika seseorang telah diajari bahwa Allah adalah satu Pribadi dan bahwa Yesus Kristus adalah makhluk ciptaan, maka dalam membaca Alkitab untuk pertama kalinya, ia dapat menemukan ayat-ayat yang kelihatannya mendukung pandangan tersebut. Sebaliknya, apabila seseorang telah diajari bahwa Allah adalah Yang Mahatinggi, sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan bahwa Anak melepaskan kesetaraan-NYA dengan Allah untuk menjadi manusia di dalam pribadi Yesus Kristus, maka ia dapat menemukan ayat-ayat yang mendukung pandangan tersebut. Jadi pertanyaannya bukanlah apakah setiap pandangan itu dapat memberi alasannya, melainkan pandangan mana yang mempunyai bukti yang terkuat. Pandangan mana yang sebenarnya dinyatakan di dalam keseluruhan Alkitab?

Dalam mempertimbangkan kedua pandangan itu kita yakin bahwa kita dapat memberikan sanggahan yang mantap terhadap semua ayat yang dimanfaatkan untuk mengatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah Allah. Akan kita tunjukkan bahwa Alkitab menyebut Yesus Kristus dengan nama-nama dan sebutan-sebutan Allah. Akan kita tunjukkan dari Alkitab bahwa Yesus Kristus layak disembah dan manusia patut berdoa kepada-NYA. Kita akan memberi jawaban terhadap semua argumentasi yang menentang kebenaran bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Akan kita buktikan dari sejarah gereja -- sebelum Dewan Nicene pada tahun 325 Masehi -- bahwa kepercayaan akan keilahian Yesus Kristus sejak semula merupakan pandangan yang ortodoks.

Jelaslah bahwa pandangan-pandangan itu tidak mungkin kedua-duanya benar. Akan jauh lebih mudah kalau masalahnya hanya menyangkut soal ketulisan, tetapi tidaklah demikian halnya. Yang dipersoalkan ialah: Pandangan mana yang benar?

Roma 10:2, "Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar."

DEFINISI PERISTILAHAN

Sebelum seseorang dapat memahami ayat-ayat Alkitab yang berkenaan dengan keilahian Yesus Kristus, ia perlu diberi definisi yang memadai tentang hakekat Allah, tentang pribadi serta hakekat Yesus Kristus.

ALLAH

Alkitab menyatakan bahwa Allah itu suatu pribadi; Ia cerdas, penuh kasih, adil, setia, kekal, kreatif, dan berada dalam interaksi yang dinamis dengan ciptaan-NYA. Ciri-ciri Allah dapat dirangkum ke dalam dua kelompok: ciri-ciri umum dan ciri-ciri moral. Allah -- menurut ciri-ciri-NYA yang umum -- bersifat unik, kekal, tidak berubah, mahakuasa, mahatahu, mahahadir, roh, dan suatu pribadi. Ciri-ciri moral Allah mencakup kekudusan, keadilan, kasih, dan kebesaran-NYA. Kekristenan mengajarkan bahwa Allah berdaulat; Ia menopang dan memerintah alam raya, dan sebagaimana yang akan kita tunjukkan. Ia menjelma menjadi manusia -- Yesus Kristus dari Nazaret.

YESUS KRISTUS

Yesus Kristus merupakan sebuah nama dan sebuah sebutan. Nama Yesus (bahasa Indonesia) dalam bahasa Yunani adalah sous; kata itu berasal dari bahasa Ibrani yeha' atau yeh'a dari YHVH dan yasya' yang artinya "YHVH Juruselamat" atau "TUHAN menyelamatkan". Sebutan Kristus (bahasa Indonesia) berasal dari kata Yunani khristos, bahasa Ibraninya masyiakh (Daniel 9:26), artinya "Yang Diurapi". Dua jabatan, yaitu raja dan imam, tercakup dalam pemakaian sebutan Kristus. Sebutan itu menyatakan bahwa Yesus adalah Imam dan Raja yang dijanjikan Allah dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

Selain itu, kita percaya bahwa waktu hidup di dunia ini Yesus Kristus mempunyai dua hakekat: Ia manusia dan Ia Allah. Dengan demikian, kita mempunyai pandangan bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati (pada hakekatnya), namun juga manusia sejati. Ia adalah Allah yang menyatakan diri dalam wujud manusia. Alkitab menggambarkan Yesus Kristus sebagai Allah maupun manusia.

Filipi 2:5-11, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!"

Setelah menjajaki definisi tentang Allah dan Yesus Kristus, kita akan mencoba menjawab satu pertanyaan lagi.

MENGAPA ALLAH MAU MENJADI MANUSIA?

Bagaimana manusia yang serba terbatas seperti kita ini dapat memahami Allah yang tidak terbatas? Sangat sulit bagi kita untuk memahami hal-hal abstrak seperti kebenaran, kebaikan, atau keindahan kalau kita tidak memiliki contoh-contoh yang tampak oleh mata kita. Kita dapat mengenal keindahan karena kita dapat melihat keindahan itu pada suatu benda yang indah; kita dapat mengenal kebaikan karena kebaikan itu terlihat di dalam diri orang yang baik, dan sebagainya. Tetapi bagaimana dengan Allah? Bagaimana orang dapat mengerti seperti apa Allah itu?

Sampai tahap tertentu kita dapat mengenal Allah kalau Allah mewujudkan diri-NYAdalam suatu bentuk yang dapat dipahami oleh manusia, yaitu dengan menjadikan diri-NYA seorang manusia. Walaupun demikian, memang dalam wujud manusia Ia tidak akan dapat menyatakan sifat-NYA yang kekal dan yang mahahadir -- tidak akan ada waktu dan ruang untuk itu, tetapi IA dapat secara kelihatan menyatakan sifat-sifat-NYA.

Itu adalah berita yang disampaikan di dalam Perjanjian Baru. Rasul Paulus berkata bahwa di dalam Kristus berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an. Kristus menjadi manusia supaya manusia dalam batas-batas tertentu dapat memperoleh pengertian tentang Allah yang tidak terbatas.

Alasan kedua mengapa Allah mau menjadi manusia ialah untuk menjembatani jurang pemisah antara Allah dan manusia. Seandainya Yesus Kristus "hanyalah" seorang manusia atau makhluk ciptaan, maka jurang pemisah antara Allah dan manusia -- antara yang tidak terbatas dan yang terbatas, antara Pencipta dan yang diciptakan, antara Yang Kudus dan yang tidak kudus -- akan tetap ada. Supaya kita dapat mengenal Allah, maka Allah harus turun kepada kita. Tidak ada "makhluk ciptaan" yang dapat menjembatani jurang antara Allah dan manusia, seperti halnya segumpal tanah liat tidak dapat mengerti atau mencapai taraf sang penjunan. Karena kasih, Allah telah turun ke dunia ini, kepada kita. Ia membuka jalan supaya semua orang dapat mengenal Dia.

Sumber: Jesus: A Biblical Defense for His Deityhttp://artikel.sabda.org/yesus_kristus_adalah_allah

NUBUATAN AKAL-AKALAN

Oleh: Herlianto

Artikel berjudul Tragedi Teologi Sukses mendapat tanggapan, baik yang mendukung maupun yang menyanggah, dan dari tanggapan itu ada beberapa yang berseberangan yang berasal dari lingkaran dekat penginjil tersebut.

Seorang tokoh di kota Semarang yang dekat dengan penginjil itu (penginjil itu berasal dari Semarang) mengungkapkan bahwa memang penginjil itu dikenal sebagai sering membawakan nubuatan-nubuatan aneh yang berpusat pada diri dan keluarganya sendiri tapi banyak yang tertarik dan isteri penginjil itu pernah bersaksi ada banyak yang memberikan persembahan bahkan sampai 1M. Seorang pendeta yang banyak tahu praktek penginjil itu menyebutkan bahwa memang penginjil itu sering melakukan Prophetic Trickery (bisa diartikan Nubuatan Akal-Akalan ) dan pendeta itu memandang musibah sekitar penginjil itu sebagai peringatan Tuhan!

Seorang teman dekat penginjil itu menyebutkan bahwa penginjil itu bersaksi bahwa peristiwa itu mujizat Tuhan karena ia sekarang sehat walafiat dan bahkan bangga karena kerugian mobil Mercedesnya yang hancur sudah dibayar asuransi dengan mobil seri E tipe terbaru. Dan ketika ditanya bagaimana dengan menantunya yang meninggal, dengan enteng ia menjawab bahwa telah dinubuatkan bahwa menantu itu dipanggil Tuhan karena kalau masih hidup ia akan menghadapi masalah besar yang tidak tertanggung hidupnya. Menarik untuk menyimak perilaku penginjil itu bahwa untuk menghibur kedua anak almarhumah yang meninggal katanya mereka sudah berhubungan dengan ibunya (spiritisme?) dan mendapat nubuatan hiburan bahwa si ibu sekarang sudah senang tinggal di rumah besar di surga! Seorang penginjil wanita yang dekat dengan pelayanan penginjil itu menyebutkan bahwa anak sipenginjil (yang juga jadi penginjil) yang terlibat penggelapan dana tentara, memperoleh sukses bisa membangun rumah mewah dan mendapat proyek besar karena ada deal dengan Tuhan.

Kalau diamati, nubuatan akal-akalan semacam ini sudah menjadi bisnis penginjil yang tidak beda dengan praktek bisnis ramalan perdukunan yang menyenangkan telinga. Bila orang pergi kedukun atau ke gunung Kawi biasa yang diminta adalah sukses kekayaan dan jabatan atau lainnya, tetapi biasanya ada tumbal (sebagai deal) yang dikorbankan. Ada pabrik rokok yang maju berkat ramalan gunung Kawi tetapi keluarganya berantakan bahkan ada anaknya yang mengalami kecelakaan mobil terguling, beberapa pemilik kebon apel di kota Batu sukses tetapi mengorbankan anak yang menjadi gila atau mati. Yang jelas dalam kasus penginjil di atas, sehatnya sipenginjil dan kembalinya mobil mewah yang malah lebih baru tipenya, bahkan anaknya yang beroleh sukses bisa membangun rumah mewah dan mendapat proyek besar itu dianggap sebagai mujizat berkat Tuhan, tetapi dengan enteng menganggap kematian menantu sebagai sudah dinubuatkan, kematian yang akan menimbulkan trauma kepada ibunya yang mengandungnya dan kedua anak almarhumah yang masih remaja. Jelas pula kesaksian bahwa tuhan bisa dengan mudah diajak dialog dan didengar suaranya itu adalah tuhan yang sama sekali membutakan hati dan tidak menyadarkan orang akan jerat dan bahaya ber-KKN dengan tentara! Dan deal apaan dengan tuhan apaan yang mengorbankan nyawa isteri?

Nubuatan akal-akalan yang berkaitan dengan kematian bisa kita lihat dari praktek Oral Roberts yang ketika membangun City of Faith nya yang kekurangan dana 8 juta dolar kemudian menubuatkan bahwa kalau tidak terpenuhi ia akan dipanggil Tuhan (alias mati). Dana tidak juga terkumpul dan akhirnya ada pengusaha non-kristen yang kasihan dan menyumbang untuk pembangunan itu. Nubuatan bukan saja akal-akalan tetapi sudah menjadi bisnis untuk mencapai tujuan sukses seperti dalam perdukunan, dan ini dikejar tanpa sadar bahwa tujuan itu sering mengorbankan kehidupan kekeluargaan. (Bandingkan sukses Jim Bakker yang akhirnya mengorbankan keluarga (isteri minta cerai), harta kekayaannya, dan masuk penjara).

Benny Hinn adalah penginjil yang terkenal dengan prophetic trickerynya. Pada tahun 1989 ia menubuatkan Fidel Castro akan meninggal pada tahun 1990-an, pada tahun yang sama ia menubuatkan bahwa pada tahun 1995 komunitas Homo di Amerika akan dihancurkan Tuhan, ia juga menubuatkan tahun 1990-an gempa bumi besar akan menimpa pantai timur Amerika. Hinn termasuk penginjil yang menubuatkan bahwa pengangkatan jemaat akan terjadi tahun 1992, dan ketika nubuatan itu tidak jadi diramalkan pada tahun 1997 bahwa dalam waktu dua tahun Tuhan Yesus akan datang kembali dan pada tahun 2000 akan muncul secara fisik dibanyak gereja. Petinju Evander Holyfield pernah disembuhkan secara mujizat oleh Hinn dari penyakit jantung sehingga petinju itu menyumbang 25.000 dolar kekocek Hinn, namun kemudian ketahuan dari diagnosa dokter yang biasa memeriksa kesehatan para petinju dikemukakan fakta bahwa Holyfield tidak mempunyai track record penyakit jantung (penyakit jantung adalah penyakit yang terbentuk dalam waktu lama dan bukan karena penularan seketika). Hinn juga mengajarkan ajaran bahwa manusia adalah little gods !

Yang menarik untuk dilihat adalah bahwa sekalipun para penginjil di atas mengajarkan tuhan, tuhan perdukunan yang menjanjikan penonjolan diri dan berkat materi, jelas berbeda dengan Tuhan Alkitab yang mengajarkan kita untuk bertobat dan menjadi berkat bagi sesama kita, dan sekalipun nubuatan akal-akalan yang disampaikan tidak beda dengan ramalan perdukunan yang menyenangkan telinga dan hati pendengar dan para pendengarnya sering tertipu, selalu akan ada jemaat yang berkumpul sekitar para penginjil itu dan mendengarkan bualan mereka. Rasul Paulus mengingatkan bahwa:

Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (2 Timotius 4:3-4)

Nabi Yeremia banyak berhadapan dengan para nabi palsu yang sering melakukan nubuatan akal-akalan di zamannya dan berkali-kali mengingatkan umat:

Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepada kamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri bukan apa yang datang dari mulut TUHAN. ... Aku akan menjadi lawan mereka yang menubuatkan mimpi-mimpi dusta, demikianlah firman TUHAN, dan yang menceritakannya dan menyesatkan umat-Ku dengan dustanya dan dengan bualnya (Yeremia 23:16,32).

Memang tidak mungkin mengingatkan penginjil yang sudah sudah menjadi tokoh kultus dan terkenal dan didukung massa yang banyak, kecuali hanya didoakan dan berharap Roh Kudus sendiri yang menyadarkan mereka agar mereka tidak menyesatkan lebih banyak orang lagi. Tetapi, setidaknya kita masih bisa mengingatkan para jemaat yang terpengaruh praktek nubuatan akal-akalan itu agar mereka tidak terkecoh lebih lanjut dan kembali kepada ajaran firman Tuhan Alkitab. Bila kita diam, kita ikut bersalah menjerumuskan lebih banyak orang ke dalam kesesatan demikian. Rasul Paulus melanjutkan nasehatnya:

Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Timotius 4:5).

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesadaran dan pengajaran. (2 Timotius 4:2) http://artikel.sabda.org/nubuatan_akal_akalan

Nama Yahweh

Penulis : Herlianto

Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: Akulah TUHAN (Yahweh). Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa (El Shadday), tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan diri. (Keluaran 6:1-2)

Ayat-ayat di atas cukup kontroversial, soalnya di situ disebutkan kepada Musa bahwa kepada para leluhurnya belum dinyatakan nama Yahweh tetapi baru El (Shadday), padahal kita membaca dalam Alkitab bahwa di kitab Kejadian, para leluhur pun ditulis sudah mengenal nama Yahweh (Dalam Alkitab terbitan LAI diterjemahkan TUHAN, atau LORD dalam Alkitab Inggeris).

Memang bila kita membaca teks terjemahan sekarang terbaca bahwa dalam kitab Kejadian nama Yahweh sudah ditulis sebelum Keluaran, namun bila begitu timbul masalah bahwa kenyataan itu bertentangan dengan ayat Keluaran 6:2 dalam kutipan di atas. Pemuja nama Yahweh mencoba memberikan penerjemahan baru yang berusaha membuka peluang pada penerjemahan Kel.6:1-2 sehingga bisa sesuai dengan data-data Kejadian dimana nama Yahweh sebelum Musa sudah dikenal oleh para leluhur (misalnya dalam terjemahan Hebraic Roots Version yang banyak mempengaruhi Pemuja Nama Yahweh). Penerjemahan ulang ayat-ayat itu tidaklah mudah dan terkesan dicari-cari, lebih bersifat eisegese (memasukkan penafsiran kedalam Alkitab) daripada exegese (menggali Alkitab), dan kalau sebelum Musa sudah dikenal nama itu tentu Musa tidak akan bertanya lagi kepada Allah (Kel.3:13). Tetapi kalau belum bagaimana menjelaskan nama Yahweh dalam kitab Kejadian?

Bila kita mempelajari sifat-sifat Tuhan El dan Yahweh , sekalipun keduanya memiliki teologi sama, dapat dilihat bahwa ada sifat baru yang ditunjukkan nama Yahweh, yaitu sebagai Tuhan yang menyelamatkan/membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir yang dikenal sebagai Keluaran, ini menunjukkan bahwa nama itu baru dikenal bangsa Israel melalui Musa. Tuhan Yahweh adalah khas Israel, Tuhan yang dinamis, yang memberikan keteguhan iman bagi Israel dan yang menyatukan mereka menghadapi penindasan perbudakan di Mesir. Tuhan yang menyatakan diri dengan nama baru khas padang gurun Sinai itu bisa kita lihat petunjuknya di banyak kitab lain dalam Alkitab Perjanjian Lama (Tanakh) yang tidak bergantung satu dengan lainnya (a.l. Hos.2;13:4; Yes.43:3; Yer.2:1 dst; Yeh.20; Am.2:10 dst; 5:25; dan yang juga dinyanyikan penyair-penyair kuno Israel yang menyanyikan nyanyian kemenangan seperti dalam Hak.5 dan Mzm.68:8 dst.).

Tetapi, kalau memang Yahweh adalah nama yang baru diberikan dalam keluaran bangsa Israel dari Mesir yang dinyatakan kepada Musa, bagaimana dengan ayat-ayat yang mengandung nama Yahweh dalam kitab Kejadian? Kelihatannya dalam proses penulisan dan penyalinan ada usaha intervensi teologis kaum Yahwis untuk mengubah nama El dalam sumber Kejadian dengan nama yang baru diperkenalkan itu, dimana kemudian nama Yahweh tidak sekedar disebut secara eksklusif sebagai Tuhan Israel tetapi diperpanjang sampai ke ayat Kejadian dan disebut bahwa Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN (Kej.4:26. Enos artinya manusia) untuk menunjukkan bahwa Yahweh juga Tuhan umat manusia. Bahkan keberadaan nama Yahweh itu kemudian dikaitkan dengan Penciptaan langit dan bumi (Kej.2:4-7), dan kemudian menghiasi banyak halaman kitab Kejadian (Kitab Pentateuch menurut tradisi ditulis oleh Musa yang sudah dikenalkan nama Yahweh).

Yahwis mempunyai pandangan lain. Menurutnya, Yahweh adalah Allah seluruh umat manusia sejak awal kejadian dunia, dan ibadat kepada Yahweh didirikan oleh Enos, sebagai wakil umat manusia pada zaman awal sekali (Kej.4:26). Pandangan yang demikian tidak sesuai dengan kepercayaan bahwa Yahweh baru bertemu dengan israel di padang gurun. Tampaknya, pandangan Yahwis itu merupakan pandangan teologis dan bukan ingatan historis. Pandangan teologis ini sesuai dengan cara pemikirannya, yaitu bahwa penyataan yahweh bersifat universal dan berlaku untuk seluruh dunia. (Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, h.125).

Petunjuk lain bahwa Tuhan dengan nama Yahweh belum dikenal di kitab Kejadian bisa dilihat dari fakta bahwa selama berada di Kanaan, para leluhur dengan Tuhan mereka yang bernama El rukun-rukun saja berdampingan dengan orang Kanani (yang menyembah Baal), padahal sesudah Keluaran generasi Israel secara tegas dan fanatik dengan pimpinan Tuhan Yahweh membumi hanguskan orang-orang Kanani tanpa ampun. Bahwa Abraham juga belum mengenal nama Yahweh bisa dilihat dari fakta bahwa ia memberi nama kepada anaknya dengan nama El bukan Yah ,yaitu Isma el (El telah melihat. Kej.16:11). EL Shadday memberi Yakub nama baru Isra el (Kej.32:28;35:9-12), ini menyebabkan Israel membuat mezbah yang dinamai El Elohe Yisrael (Kej.33:20) dan mendirikan tugu dan menamai tempat itu Bet El (Kej.35:15). Absennya nama yang mengandung nama Yah dalam kitab Kejadian yang banyak hadir sejak kitab Keluaran seperti Abi yah , Eli yah , dan Yesa yah , tetapi hanya nama-nama yang mengandung nama El seperti a.l. Bab El (gerbang El), Mehuya el & Metusa el (Kej.4:18), dan Isra el (El yang bergumul. Kej.32:28), menunjukkan bahwa memang di masa kitab Kejadian kenyataannya yang disembah Yakub adalah El Elohe Yisrael (Kej.33:20) dan Ialah El Bet El (Kej.35:7).

Ujian iman Abraham (yang dirayakan Islam sebagai Idul Adha ) menunjukkan bahwa nama Yahweh tidak dikenal dalam jalur bangsa Arab keturunan Ismael, bahkan Hagar menamai Tuhannya El Roi (El yang melihat). Ini memperkuat bukti bahwa nama Yahweh belum dikenal pada saat Abraham dan baru sesudah Musa keturunan Ishak-Yakub-lah nama Yahweh dikenal dalam jalur bangsa Israel. Kenyataan ini menunjukkan indikasi bahwa nama Tuhan semula adalah El dan baru dalam masa Keluaran dinyatakan nama kedua Yahweh, namun sekalipun demikian nama El masih terus digunakan sebagai sinonim Yahweh sesudah Keluaran (Bil.23:4,8,19,22-23;Mzm.85:8-9;Yes.42:5). Yesus diberi dua nama yang mengandung kedua nama itu, yaitu Imanuel (El menyertai kita. Mat.1:23) dan Yesus (Yahweh adalah keselamatan. Mat.1:21).

Memang ada ayat yang dikemukakan pemuja nama Yahweh bahwa nama itu adalah nama Tuhan Israel satu-satu-nya (Yes.42:8; Kel.3:15), tetapi perlu diingat bahwa dari pembahasan di atas kita sudah melihat bahwa nama dalam Kel.3:15 baru disebutkan El sehingga Musa bertanya nama-Nya yang khas Israel (kata hayah memiliki berbagai variasi arti), namun perlu juga diingat bahwa sesudah Keluaran sampai kitab Yesaya pun nama El masih tetap digunakan sejajar dengan Yahweh (Yes.40:18;43:10-12;45:14). Sekalipun kelompok Yahwis berusaha mempertahankan Yahweh sebagai nama Tuhan satu-satunya dan tidak boleh diterjemahkan, perlu disadari bahwa Imam Besar Yahudi di Yerusalem Eliezer sendirlah yang mengutus 72 tua-tua Israel ke Alexandria untuk menerjemahkan Tanakh ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta/LXX, abad-3sM), dimana nama Yahweh diterjemahkan Kurios dan El diterjemahkan Theos.

Selain Tanakh yang digunakan sebagai tulisan suci di Bait Allah, LXX-lah yang digunakan umat Yahudi secara umum termasuk di sinagoge. Yesus membaca LXX ketika berkotbah di sinagoge di Nazaret (Luk.4:16-19) dan bukan naskah Tanakh (bandingkan dengan teks Yes.61:1-2 (LAI) yang diterjemahkan dari teks Ibrani Masoret). Dalam Perjanjian Baru tidak ada ayat yang menunjukkan bahwa Allah Bapa di sorga melarang LXX, padahal Yesus dan para Rasulnya menggunakan Septuaginta. Roh Kudus menerjemahkan kotbah Petrus ke dalam bahasa-bahasa asing termasuk yang didengar orang Arab (Kis.2:8-11). Adanya fragmen LXX yang dikemukakan Saksi-Saksi Yehuwa dan dikutip pemuja nama Yahweh (a.l. Kitab Ulangan & Zak.8:19-21 dan 8:23-9:4) justru menunjukkan rekayasa Yahwis yang mengganti nama Kurios dengan mencangkokkan nama tetragramaton yang terlihat dari perbedaan kepekatan tintanya, besarnya font, dan kata yang terpisah dari pola kalimat (huruf Ibrani ditulis dari kanan ke kiri sedang Yunani dari kiri ke kanan, ucapan Ibrani Pujilah Yah dalam Mzm.106:1 [LXX] tidak ditulis dalam aksara Ibrani tetapi dengan kata Yunani Allelouia ).

Kita harus menyadari bahwa Yesus dan orang Israel dalam percakapan sehari-hari tidak menggunakan bahasa Ibrani melainkan bahasa Aram dan Yunani, dan Alkitab PB ditulis dalam bahasa Yunani koine (umum). Kalau Alkitab LAI menyebut bahasa Ibrani (seperti di atas kayu salib), itu terjemahan kata yunani hebraisti (lidah Ibrani) atau hebraidi dialektos (dialek Ibrani), yang maksudnya bahasa Aram. Bahasa Ibrani bukan bahasa surgawi yang terus-menerus dipakai dan tidak berubah. Bahasa Ibrani mengalami perkembangan, yaitu sebagai: (1) Ibrani Kuno (abad-11 s/d 6sM) yang berasal dan masih berciri bahasa Kanaan dan Amorit; (2) Ibrani Kitab Suci (abad-6 s/d 3sM) yang hanya terdiri konsonan sehingga sulit dibaca dan pada masa pembuangan mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Aram (Neh.8:4,9); (3) Ibrani Miznah (abad-3sM s/d 6M) bahasa Ibrani Kitab Suci yang dipengaruhi bahasa Aram, dalam percakapan sehari-hari digunakan bahasa Aram dan Yunani; (4) Ibrani Para Rabi (Abad-7 s/d 18M) bahasa Ibrani tulisan dipengaruhi Arab mulai diberi tanda-tanda baca dan vokal; dan (5) Ibrani Modern (Sejak abad-18) sejalan bangkitnya Zionisme mulai dipergunakan sebagai 104asa percakapan (tahun 1948 baru dijadikan bahasa nasional Israel).

Pemuja nama Yahweh menganggap PB ditulis dalam bahasa Ibrani (seperti Hebraic Roots Version), ini bukan fakta sejarah melainkan harapan iman fanatisme Yudaisme karena bahasa Ibrani bahasa mati kala itu dan sudah beberapa abad sejak masa Ezra tidak dikenal umum. Josephus menulis bukunya Perang Yahudi dalam bahasa Aram (hebraisti). Memang Papias (160) menyebut bahwa Matius menulis logia dalam lidah Ibrani (hebraisti yang maksudnya bahasa Aram). Logia ini bukan Injil Matius sebab Injil Matius mengambil sebagian besar sumber Markus yang berbahasa Yunani dan banyak mengutip Septuaginta. Sumber ini mungkin digabung dengan logia Aram (ucapan/oracle Yesus) oleh Matius untuk menulis Injilnya dalam bahasa Yunani.
http://artikel.sabda.org/nama_yahweh

Nama Allah

Penulis : Herlianto

Akulah Allah Yang Mahakuasa [El Shadday], hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. (Kejadian 17:1b)

Nama El/Elohim/Eloah (dalam dialek Arab = Allah/Ilah), adalah nama pertama Tuhan yang tercatat dalam kitab Kejadian sebelum nama Yahweh diperkenalkan kepada Musa dalam masa Keluaran (Kel.6:1-2). El digunakan sebagai nama diri dan juga sebagai sebutan untuk Tuhan, dan sekalipun Elohim lebih banyak digunakan sebagai sebutan, kadang-kadang digunakan sebagai nama diri Tuhan yang bersifat jamak, Eloah adalah bentuk tunggal dari Elohim.

El (baca Eel) atau Il adalah nama Tuhan rumpun Semitik (keturunan Sem), yang dalam jalur Ibrani keturunan Arphaksad disebut El/Elohim/Eloah dan dalam jalur Aram dan Arab disebut dengan dialek Ila/Elah/Eloh/Aloh/Alaha/Ilah/Allah, dll. Bangsa Ibrani melalui jalur keturunan Sem Arphaksad Eber (dari nama ini disebut bangsa Ibrani) Peleg Abraham (melalui Sara) menyebut Il Semitik sebagai El/Elohim/Eloah, sedangkan melalui keturunan Sem Aram lahir bangsa Siria yang menyebutnya Elah/Eloh/Alaha . Bangsa Arab adalah keturunan Aram Yoktan (Anak Eber) Hagar (selir Abraham) Keturah (selir Abraham), menyebutnya dengan dialek mereka sebagai Ilah/Allah.

Tidak dapat disangkal bahwa bangsa Ibrani, Aram, dan Arab masih berpangkal pada El/Alaha/Allah dari Abraham/Ibrahim yang sama, sebagai Tuhan pencipta langit dan bumi yang menciptakan Adam, memanggil Nuh dan kemudian memanggil Abraham/Ibrahim yang disebut sebagai Bapa Orang Beriman (atau Bapa Monotheisme) yang dalam jalur Arab secara turun-temurun oleh kaum Hanif dirayakan sebagai Idul Adha. . Sebagai imbas perceraian bahasa di Babel (Kej.11) dan situasi lingkungan yang berbeda, nama Tuhan yang sama disebut dengan dialek berbeda-beda namun masih dalam rumpun semitik (Tuhan Il/El Semitik berbeda dengan sesembahan lain seperti Brahman, Tao, atau Anatta yang dipopulerkan sebagai Yang Satu dalam inklusifisme).

Namun, sekalipun ketiga agama Semitik Yahudi, Kristen dan Islam menyembah Tuhan El/Allah yang sama, itu tidak berarti bahwa semua pengajaran/aqidah ketiganya sama. Pengajaran/aqidah bisa berbeda karena kepercayaan ketiganya didasarkan tradisi dan kitab suci (yang dianggap masing-masing sebagai wahyu) berbeda mengenai El/Allah yang sama itu.

Pada jalur Ibrani, sebutan El pernah merosot ditujukan kepada berhala Anak Lembu (Kel.32:4/1Raj.12:28/Neh.9:18), namun Musa dan para Nabi meluruskan kembali kepada El Israel (El Elohe Yisrael, Kej.33:20;46:3). Orang-orang Arab yang percaya akan Il/El Semitik/Ibrani dan juga yang menganut Kristen menyebutnya Allah dalam dialeknya. Beberapa petunjuk penggunaan pada pra-Islam dapat dilihat bahwa sejak jauh sebelum masa Kristen sudah ada bagian kitab suci Tenakh dalam bahasa Aram (Sebagian kitab Ezra, Daniel, dan Yeremia ditulis dalam bahasa Aram, a.l. Dan.2:47;5:3 mengandung nama Elah ) dan terjemahan Peshitta (Alkitab bahasa Aram) ditulis pada abad-2. Di sini El ditulis Alaha (dibaca dalam berbagai dialek seperti Elah/Eloh/Aloh/Aloho).

Yesus tidak menggunakan bahasa Ibrani melainkan Yunani dan Aram, dan di atas kayu salib Ia memanggil Bapa dengan nama El/Elo yang adalah bahasa Aram (Mat.27:46;Mrk.15:34). Di kalangan bangsa Arab pengikut Yesus, penggunaan nama Allah sudah terjadi sejak awal kekristenan jauh sebelum masa jahiliah Arab dan kelahiran Islam. Pada Konsili Efesus (431) wilayah suku Arab Harits dipimpin uskup bernama Abd Allah. Inskripsi Zabad (512) diawali Bism al-Ilah (Dengan nama Allah) lengkap dengan tanda salib diikuti nama-nama Kristen, demikian juga Inskripsi Umm al-Jimmal (abad-6) menyebut Allahu ghafran (Allah yang mengampuni). Inskripsi Hurran al-Lajja (568) dan inskripsi lain pra Islam dari lingkungan Kristen menggunakan nama Allah pula.

Pada masa Islam lahir (abad-7), dalam Al-Quran nama Allah diakui oleh Muhammad digunakan bersama baik oleh umat Islam, Yahudi, Nasrani dan Kristen, seperti dalam ayat:

"(Yaitu) orang2 yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mereka mengatakan: Tuhan kami Allah. Jikalau tiadalah pertahanan Allah terhadap manusia, sebagian mereka terhadap yang lain, niscaya robohlah gereja2 pendeta dan gereja2 Nasrani dan gereja2 Yahudi dan mesjid2, di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sungguh Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, QS.22:40)

Dari kenyataan ini kita tahu bahwa nama Allah bukanlah kata Islam melainkan kata Arab sebab sudah digunakan sejak keturunan Semitik suku Arab yang menyebut El Semitik dalam dialek mereka, dan juga digunakan orang Arab yang beragama Yahudi dan Kristen jauh sebelum kehadiran masa jahiliah dan Islam. Ulil Absar Abdala dalam seminar LAI mengakui bahwa 70% data Al-Quran berasal dari tradisi agama Yahudi dan Kristen, ini berarti Islam menggunakan istilah Allah dari kedua sumber itu dan digabungkan dengan konsep Allah nenek moyang mereka penganut agama Hanif.

Di negara-negara berbahasa Arab, saat ini ada empat Alkitab bahasa Arab dan keempatnya menggunakan nama Allah , dan penggunaan nama Allah bersama-sama oleh umat Islam dan Kristen di negara-negara berbahasa Arab tidak pernah menjadi masalah. Di Kairo kota lama, ada gereja Al-Mu alaqqah dimana dipintunya ditulis kaligrafi Arab yang berbunyi Allah Mahabah (Allah itu kasih), dan dipintu lainnya Ra isu al-Hikmata Makhaafatu Ilah (Permulaan Hikmat Adalah Takut kepada Allah), dan dari situ ada sinagoga Ben Ezra dimana disebut bahwa dahulu di situ Rabbi Moshe Ben Ma imun menulis buku Al-Mishnah dan Dalilat el-Hairin dalam bahasa Ibrani dan Arab dimana El/Elohim diterjemahkan Allah.

Dalam jalur Arab yang percaya ajaran Il/El Semitik ini tidak dapat disangkal bahwa mereka menyebut dalam dialek mereka sendiri sebagai Allah terutama untuk menunjuk Allah dari Adam, Sem (semitik), Yoktan (anak Eber, Ibranik), dan Ibrahim (Abrahamik).

"Gagasan tentang Tuhan Yang Esa yang disebut dengan Nama Allah, sudah dikenal oleh Bangsa Arab kuno ... Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam adalah hunafa(tngl.hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan pada keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan Ismail . (Glasse, Ensiklopedia Islam, h.50).

Sekalipun pada masa jahiliah pra-Islam dimana banyak berhala asing diimpor dan juga disebut sebagai Ilah/Allah (karena bisa bersifat nama diri/sebutan), sejarah menunjukkan bahwa sudah sejak masa Abraham di kalangan suku Arab ada penganut agama Hanif yang mempercayai Allah Ibrahim (ini dikenang terus menerus melalui tradisi Idul Adha) terutama suku-suku Ibrahimiyah dan Ismaeliyah yang tidak menganut agama Israel maupun Kristen. Iman Ibrahim ini tetap terjaga ditengah kemerosotan agama masa jahiliah dan kemudian diteguhkan kembali oleh Islam.

Agama Islam dibawa ke Indonesia oleh orang Sufi yang berbaur dengan pribumi sejak abad-13, dan baru pada abad-16 agama Kristen masuk. Setelah 4 abad banyak kata Arab terserap ke dalam bahasa Melayu dan kemudian Indonesia (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekarang ada 1495 kata Arab menjadi kosakata bahasa Indonesia termasuk kata Allah). Sejak Kitab Injil pertama dalam bahasa Melayu karya Corneliz van Ruyl (1629) sudah digunakan nama Allah untuk menyebut El PL dan Theos PB. Corneliz tahu bahwa di negara berbahasa Arab nama Allah digunakan baik oleh orang Kristen maupun Islam, dan karena nama Allah sudah diadopsi ke dalam bahasa Melayu dan kemudian Indonesia, maka penggunaan nama itu dalam terjemahan Alkitab justru tepat, karena bukan merupakan terjemahan nama El melainkan hanya dialek yang berbeda dari nama yang sama

.

Robert Morey dalam buku Islamic Invasion, confronting the world s fastest religion (1992) menyebut nama Allah adalah nama dewa bulan bangsa Babil. Bukunya memuat Appendix Moon God dan menyebut bahwa bangsa Arab menyembah dewa bulan ini, sebagai buktinya ditunjukkan gambar bulan sabit diatas kubah mesjid (h.50,51,218). Ia menyebut Alkitab Arab ditulis pada abad-9 dan umat Kristen dipaksa penguasa Islam menulis nama Allah dalam Alkitab Arab (h.64). Sayang, Morey kurang terbuka wawasannya tentang sejarah penggunaan nama Allah sebelum masa Islam di kalangan orang Siria dan Arab, baik yang beragama Yahudi, maupun Kristen, dan juga penggunaannya dikalangan Arab Hanif pra-Islam, dan mungkin karena fobia akan Islam ia mengabaikan fakta bahwa dalam Al-Quran, Muhamad mengaku bahwa nama Allah dipakai bersama dengan umat Yahudi, Nasrani, dan Kristen (QS.22:40), tentu mereka menggunakannya lebih dahulu.

Mengenai moon god yang banyak gambar inskripsinya dalam buku Morey (h.211-218), tidak jelas apa hubungannya dengan nama Allah karena pada masa kemerosotan jahiliah sebelum hadir Islam, di kawasan Arab (kecuali kaum Hanif) memang terjadi adopsi berhala-berhala asing dimana moon god disembah sebagai hubal. Bukan hanya dewa bulan hubal tetapi pada masa jahiliah berhala lain juga disebut Allah, seperti dewa air, dewa kesuburan, Al-Atta, Al-Uzza, dll. Menuduh bulan sabit sebagai bukti penyembahan dewa bulan jelas keliru, sebab lambang itu baru muncul di Turki pada abad-15 ol602penguasa Otoman yang mengadopsinya dari Byzantium, karena disana bulan sabit merupakan tanda kemenangan karena kemunculannya yang tiba-tiba menyelamatkan Byzantium dari serangan mendadak musuh di malam gelap. Bagi Islam, bulan sabit (hilal) adalah petunjuk ritme waktu. Muhamad mengatakan:

Wahai bulan sabit yang indah dan bulan sabit petunjuk, keyakinanku teguh kepada Dia yang telah menciptakanmu. (Glasse, Ensiklopedia Islam, h.64).

Dari para pemuja nama Yahweh juga sering diajukan kutipan yang menyebut bahwa nama Allah adalah nama berhala bulan/air. Kita perlu mengajak mereka agar membaca dengan benar kutipan tersebut, sebab mereka mencomot kutipan itu dari konteks ceritanya. Bila kita mempelajari konteks bacaan sekitar kutipan tersebut kita akan mengetahui bahwa penulis menyebut bahwa pada masa jahiliah nama Allah merosot ditujukan kepada berhala yang diimpor dari negeri sekeliling, namun dalam konteksnya jelas pula bahwa kemudian Islam mengembalikan kemerosotan itu kembali kepada agama hanif yang tetap mempertahankan iman agama Ibrahim. Tidak ada ayat dalam Al-Quran yang menyebut nama Allah asalnya nama berhala bulan, air atau lainnya.

Mengkait-kaitkan berhala moon god Babel kuno dengan nama Allah, sama halnya dengan kalau mengkaitkan berhala anak lembu yang banyak dijumpai dalam inskripsi peninggalan Babel, Kanaan, dan Mesir kuno dengan nama Elohim dan Yahweh (Kel.32:4/1Raj.12:28/Neh.9:18).

Para pemuja nama Yahweh mengidap Yudaisme mania dan Islam fobia dan menuduh bahwa nama Allah adalah nama berhala bulan dan baik umat Islam maupun Kristen disebut menghujat Tuhan bila menyebut nama Allah. Beberapa hal sebaiknya direnungkan oleh mereka:

* Di negara-negara berbahasa Arab penggunaan nama Allah selama 15 abad untuk menyebut Tuhan Semitik secara bersama tidak pernah menjadi masalah, dan selama empat abad penggunaan bersama nama itu di Indonesia juga tidak menimbulkan masalah. Adanya fanatisme penggunaan nama Allah di kalangan Islam tertentu dan fanatisme nama Yahweh (yang anti Allah) di kalangan Kristen-Yudaik baru terjadi belakangan ini yang isu-nya justru dikobarkan oleh para pemuja nama Yahweh itu;

* Orang Arab beragama Yahudi dan Kristen sudah lebih dari 20 abad menyebut El sebagai Allah dalam dialek mereka, selama 4 abad umat Kristen di Indonesia sudah menggunakan nama Allah pula, penerjemahan nama El dan Yahweh sudah terjadi sejak zaman Ezra. Tenakh diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta) dan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani (Koine), maka adalah sifat bidat (yang sempit) kalau beranggapan bahwa jutaan orang Arab Kristen selama dua milenium dan puluhan juta umat Kristen Indonesia selama empat abad tidak selamat karena mereka menyebut nama Allah ;

* Dengan menuduh orang Islam dan Kristen yang menggunakan nama Allah sebagai menghujat , bukankah fakta sejarah telah menunjukkan bahwa label tuduhan itu justru seharusnya tertuju pada mereka sendiri karena menganggap Allah sebagai dewa bulan? Menyebut nama Allah dialek Arab sebagai dewa bulan merupakan fitnah karena didasarkan sentimen Yudaisme dan kekurang-tahuan, dan kutipan sepotong yang dicomot di luar konteks. Dapat dimaklumi kalau hal itu mendatangkan amarah kalangan Islam;

* Dengan menekankan semangat ke akar Yahudi, tidakkah mereka sadar bahwa mereka telah terpedaya mengemban misi Yudaisme yang sarat semangat anti Arab, Islam dan Kristen? (Umumnya pemuja nama Yahweh menganut faham Modalisme). Semangat mana meresahkan umat beragama dan memicu kekurang-rukunan beragama di Indonesia;

* Perlu direnungkan roh apa yang berada di dalam diri para pemuja nama Yahweh yang anti nama Allah itu, mengingat bahwa di satu sisi mereka sangat menekankan kekudusan nama Yahweh namun di sisi lain mereka begitu saja membajak karya terjemahan LAI (yang dikritiknya) dan memaksa mengganti nama-nama di dalamnya menjadi nama Ibrani. Bila umat Kristen mengemban misi memberitakan kabar sukacita Injil Kristus yang mendamaikan manusia dengan Allah Bapa, para pemuja nama Yahweh itu menaburkan fanatisme nama Yahweh dan menjalankan misi Yudaisme yang bersifat adu domba.

Akhirnya, umat Kristen perlu mendoakan para pemuja nama Yahweh itu agar mereka mau belajar dan mengerti kebenaran sejarah, dan tidak terjebak fanatisme sempit karena kekurang tahuan, dan agar Roh Kudus sendiri menerangi dan menaungi mereka dengan kebenaran Allah.
http://artikel.sabda.org/nama_allah

Alkitab Menyehatkan


Penulis : Mang Ucup

Berdasarkan riset dari Prof Dr Jeffrey Leven dan Dr David Larsen (Washington Times, 30 Juli 1996), dilaporkan bahwa apabila orang membaca Alkitab secara teratur, ini bukan saja baik bagi jiwanya, tetapi juga baik bagi tubuhnya. Mereka melakukan penelitian terhadap lebih dari 500 orang, selama berbulan-bulan. Ditemukan bahwa pada mereka yang membaca Alkitab secara teratur:

  • mempunyai tekanan darah lebih rendah
  • tingkat depresi lebih rendah
  • lebih sedikit penderita penyakit jantung
  • jarang yang kecanduan obat maupun alkohol
  • jarang terjadi perpecahan dalam perkawinan
  • tingkat kesehatannya jauh lebih baik

Dan berdasarkan laporan dari Religion in American Life, para peneliti menemukan bahwa mereka yang sering membaca Alkitab, mempunyai kemungkinan 50% jauh lebih banyak untuk menolak obat-obatan yang terlarang, daripada mereka yang tidak pernah membaca Alkitab. Di samping itu di tempat pekerjaan mereka, mereka memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi di atas rata-rata.

Di penjara "Lewes Remand Prison" di Inggris, pendetanya telah berhasil menobatkan sekitar 600 orang napi, setelah mereka membaca Alkitab selama berbulan-bulan. Mereka memberikan kesaksian "Bahwa Alkitab itu ternyata lebih baik daripada nyetun!"

Suatu malam di tahun 1989 dua orang salesman keliling, John Nicholson dan Samuel Hill, bertemu di sebuah hotel. Dalam percakapannya ternyata mereka mempunyai gagasan yang sama, yakni alangkah baiknya apabila ada Alkitab di dalam kamar hotelnya. Oleh sebab itulah akhirnya mereka berdua bersama seorang rekan lainnya lagi, WJ Knight, membentuk satu yayasan untuk menyalurkan Alkitab ke hotel-hotel. Yayasan mereka diberi nama "Gideon."

Nama Gideon diambil dari Kitab Hakim-Hakim 6 & 7. Mereka bukan saja menempatkan Alkitab di hotel-hotel, melainkan juga di rumah sakit, penjara maupun gedung-gedung asrama lainnya. Hampir di seluruh Hotel di Eropa maupun di USA, Anda akan selalu menemukan Alkitab dari Gideon di laci kamar hotel Anda. Pada saat ini Gideon menyalurkan dan membagi-bagikan lebih dari satu juta jilid Alkitab perminggu ke seluruh mancanegara.

Dengan ini saya akhiri oret-oretan saya mengenai Alkitab. Melalui oret-oretan ini sebenarnya saya ingin mengajak para pembaca untuk merenungkannya sejenak arti dan makna dari Alkitab dalam kehidupan Anda sehari-hari, sambil bertanya apakah benar Alkitab ini bermanfaat bagi saya? Berapa jauh saya membutuhkan Alkitab dalam kehidupan saya sehari-hari?

Jangan kita membaca Alkitab tanpa kita sendiri menyadari untuk apa makna dan manfaatnya, seperti juga kalau tiap hari kita menelan obat atau vitamin, tanpa kita sendiri menyadari untuk apa. Mungkin motivasi makan obat tersebut akan lenyap apabila kita tidak tahu untuk apa kita memakan obat tersebut. Begitu juga dengan membaca Alkitab, tetapi kebalikannya kalau kita menyadari manfaat dari firman Allah tersebut, maka kita akan memiliki motivasi yang jauh lebih besar untuk membaca Alkitab.http://artikel.sabda.org/alkitab_menyehatkan

Minggu, 23 November 2008

Pelayanan Pendeta


Oleh: Herlianto

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu . (LAI, 1 Petrus, 5:2-3).

Dalam retret yang digelar Komisi Dewasa sebuah gereja dikawasan Jakarta Pusat sekitar tanggal 17 Agustusan di Pacet, sebagai keynote speakers diundang dua pembicara (masing-masing 5 sesi), yaitu seorang pendeta dari gereja di kawasan Kelapa Gading dan seorang penceramah awam.

Menarik ngobrol-ngobrol dengan pendeta itu, sebab ditengah alam segar Pacet, pembicaraan mengungkapkan keadaan yang tidak segar yang terjadi di Kawasan Kelapa Gading yang terkenal dengan mal panjang dengan food-courtnya yang luas yang selalu ramai dikunjungi orang itu. Pendeta itu mengungkapkan bahwa di kawasan Kelapa Gading ada 80 gereja yang beroperasi. Lebih lanjut diungkapkan bahwa berbagai usaha dilakukan untuk menyatukan gereja-gereja itu agar menjadi kesaksian bagi penduduk kawasan itu, baik melalui usaha PGIW, JDN (yang markasnya ada di kawasan itu), maupun lainnya. Namun sejauh ini usaha kearah keesaan gereja di kawasan itu tidaklah mudah dijalankan.

Kesan demikian juga mewarnai usaha keesaan yang dilakukan PGI ditingkat nasional. Menurut salah satu pimpinan PGI, usaha keesaan gereja di Indonesia yang dikenal sebagai gerakan Ekumene memang sudah dilakukan lama, namun sejauh ini usaha itu masih bagaikan berjalan ditempat dan tidak menunjukkan kemajuan yang berarti.

Ternyata menyatukan gereja-gereja yang diwakili pendeta-pendetanya tidaklah mudah dilakukan, bahkan pendeta-pendeta yang biasa aktif dalam forum-forum pluralisme antar umat beragama yang ideal itupun tidak bisa mewujudkannya dilingkungan agamanya sendiri.

Mengapa gereja-gereja yang diwakili pendeta-pendetanya sukar untuk diajak duduk bersama semeja demi keesaan gereja? Kelihatannya ucapan rasul Petrus diatas belum banyak dihayati (apalagi dilaksanakan) oleh pendeta-pendeta sehingga usaha keesaan itu maju tak mau, mundur tak mau.

Anjuran rasul Petrus diatas menarik untuk direnungkan kembali, soalnya sejak awal sejarah gereja sudah terungkap bahwa segera setelah kematiannya, orang berebut menuntut posisi Petrus yang dianggap sebagai primat gereja, sehingga terbentuklah ke paus an, ke uskup an, ke penatua an, dan ke pendeta an, padahal sekalipun Tuhan Yesus menyebut pengakuan iman Petrus bahwa Yesus Messias, Anak Allah yang hidup sebagai batu karang yang menjadi fundasi gereja, ia sendiri tidak menganggap itu sebagai hak pribadinya mengatasi yang lain. Sekalipun semula Petrus berwatak temperamental dan impulsif, dan suka menonjolkan diri, pergumulan imannya dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidupnya menjadi baru sehingga bisa menasehati rekan kerjanya dengan ucapannya diatas, dan malah sebelumnya ia mengatakan bahwa ia cuma sesama teman pelayanan sebagai penatua:

Aku menasehatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus... (LAI, 1 Petrus 5:1).

Banyak orang menjadi pendeta tanpa perubahan hati dan pikiran sehingga kependetaan bukan dianggap sebagai pelayanan tetapi sebagai jabatan yang memungkinkan baginya untuk memaksa jemaat. Petrus menasehati agar melakukannya dengan sukarela sesuai kehendak Allah. Rupanya, pada masa hidup Petrus sudah ada yang bukan bermotivasi untuk melayani tetapi untuk memperoleh keuntungan atau menjadikan pelayanan sebagai sekedar profesi, dalam hal ini ia kembali menekankan agar mengabdikan diri. Rasul Petrus juga mensinyalir bahwa ada teman penatua yang menjadikan mandat yang mereka terima bukan untuk melayani tetapi untuk memerintah mereka yang dipercakan kepadanya yaitu kawanan domba, dan Petrus mengingatkan mereka agar menjadi teladan yang baik.

Ucapan rasul Petrus itu tetap bergema hingga saat ini, dan kelihatannya sudah makin kurang dihayati oleh para pendeta pada masakini sehingga usaha ke arah keesaan juga makin merupakan impian disiang hari. Pelayanan sudah sering dibelokkan menjadi kehendak diri dan bukan kehendak Allah, pelayanan dilakukan dengan memaksakan kehendak diri kepada jemaatnya padahal seharusnya dilakukan dengan sukarela. Belum lagi pelayanan sudah sering dijadikan sumber mencari uang yang menguntungkan padahal seharusnya sebagai pengabdian diri. Organisasi gereja dan jabatannya juga sering oleh pendeta-pendeta tertentu menjadi alat kekuasaan untuk memerintah jemaatnya padahal seharusnya menjadi teladan bagi jemaatnya. Rasul Yohanes pun mengungkapkan dalam suratnya mengingatkan para pelayan Tuhan bahwa:

Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. (LAI, 1 Yohanes 3:16). Kita patut mengucapkan syukur bahwa masih banyak pendeta yang mengikuti nasehat rasul Petrus di atas, yang masih berjiwa gembala, yang melayani dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, yang mengadikan diri dengan tulus, dan yang menjadi teladan bagi jemaatnya.

Marilah kita mengingatkan dan mendoakan para pendeta yang belum menghayati nasehat rasul Petrus itu agar mereka menghayati benar arti pelayanan yang mereka emban. Adanya pendeta-pendeta yang mendengarkan nasehat rasul Petrus akan sangat mendorong kearah keesaan yang didambakan Tuhan Yesus (Yohanes 17), bukan kesatuan organisasi tetapi kesatuan kasih dengan Tuhan Yesus dan sesama manusia.

Selamat Datang

Selamat datang di Blog Gereja Prambanan......
Semoga anda cukup puas dengan isi dari blog yang kami
sajikan ini dan kami berharap dapat menjadi sarana motivasi pelayanan gereja.
Tuhan memberkati..